Jumat, 04 Desember 2015

Alat-alat musik tradisional sunda

Assalamualaikum Warrahmatulahi Wabarrakatuh
Sampurasun buat akang-akang dan teteh-teteh yang sudah liat blog saya, disini saya akan mengenalkan alat-alat musik tradisional yang ada di tanah sunda

berikut nama dan penjelasan mengenai alat-alat musiknya :

1. Kendang
 Pengertian Alat Musik Tradisional Kendang (Gendang)

Penjelasan alat musik tradisional Kendang. Kendang, kendhang, atau biasa disebut juga dengan gendang merupakan alat musik yang dimainkan dengan cara di pukul. Biasa dimainkan dengan tangan atau dengan alat pemukul gendang. Hampir semua daerah di Indonesia memiliki gendang dengan ciri khas masing-masing.

2.Kulanter
 
Kulanter bentuk dan bahannya seperti kendang, hanya ukurannya yang lebih kecil.
Kulanter ini bearfungsi sebagai pengiring kendang.

3. Kecapi

Alat Musik Tradisional Kacapi Asal Daerah Sunda Jawa Barat

Penjelasan alat musik tradisional Kacapi (Kecapi) yang berasal dari daerah Sunda Jawa Barat. Kacapi merupakan alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik. biasa dimainkan sebagai alat musik utama dalam Tembang Sunda atau Mamaos Cianjuran dan kacapi suling.


Arti Kata
Arti dari kata kacapi dalam bahasa Sunda juga merujuk kepada tanaman sentul, yang dipercaya kayunya digunakan untuk membuat alat musik kacapi.
Bahan dan Pembuatan

Bahan baku kacapi terbuat dari kayu Kenanga yang direndam selama tiga bulan. Sedangkan senarnya, kalau ingin menghasilkan nada yang bagus, harus dari kawat suasa (logam campuran emas dan tembaga), seperti kecapi yang dibuat tempo dulu. Namun karena saat ini harganya senar tersebut sangat mahal, senar Kecapi sekarang lebih menggunakan kawat baja.

 4. Jengglong














Jengglong merupakan alat musik tradisional dari daerah Jawa khususnya Jawa Barat yang hampir menyerupai saron. Jengglong biasa di mainkan bersama goong, bonang, saron, suling, kecapi, gendang dan rebab dalam degung. cara memainkannya dengan cara di pukul. Dan jengglong ini termasuk kedalam musik idiophone

5.Suling
 Pengertian Alat Musik Suling (Seruling)
Penjelasan alat musik tradisional suling. Suling merupakan alat musik tiup yang terbuat dari bamboo dan hampir dapat kita temui diseluruh indonesia. Suara suling berciri lembut dan dapat dipadukan dengan alat musik lainnya dengan baik.

Jenis bahan suling
Suling dibuat dari beberapa macam bahan, seperti :
1. Suling Bambu yang umum kita jumpai
2. Suling modern untuk para ahli umumnya terbuat dari perak, emas atau campuran keduanya.
3. Suling untuk pelajar umumnya terbuat dari nikel-perak, atau logam yang dilapisi perak.

6.Rebab
 
Alat musik tradisonal rebab adalah jenis alat musik yang di gesek dan mempunyai tiga atau dua utas tali dari dawai logam (tembaga) ini badannya menggunakan kayu nangka dan berongga di bagian dalam ditutup dengan kulit lembu yang dikeringkan sebagai pengeras suara.
Alat ini juga digunakan sebagai pengiring gamelan, sebagai pelengkap untuk mengiringi sinden bernyanyi bersama-sama dengan kecapi. Dalam gamelan Jawa, fungsi rebab tidak hanya sebagai pelengkap untuk mengiringi nyanyian sindhen tetapi lebih berfungsi untuk menuntun arah lagu sindhen. sama juga yang di pake tradisi musik sunda.
Sebagai salah satu dari instrumen pemuka, rebab diakui sebagai pemimpin lagu dalam ansambel, terutama dalam gaya tabuhan lirih. Pada kebanyakan gendhing-gendhing, rebab memainkan lagu pembuka gendhing, menentukan gendhing, laras, dan pathet yang akan dimainkan. Wilayah nada rebab mencakup luas wilayah gendhing apa saja. Maka alur lagu rebab memberi petunjuk yang jelas jalan alur lagu gendhing. Pada kebanyakan gendhing, rebab juga memberi tuntunan musikal kepada ansambel untuk beralih dari seksi yang satu ke yang lain.

7.Angklung
 
Penjelasan alat musik tradisional Angklung yang berasal dari masyarakat Sunda Jawa Barat. Angklung adalah alat musik multitonal (bernada ganda) yang terbuat dari bambu. Cara memainkannya cukup mudah hanya dengan menggoyangkannya. Bunyi yang dihasilkan disebabkan oleh benturan badan pipa bambu. Bunyi yang dihasilkan bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil.

Dictionary of the Sunda Language karya Jonathan Rigg, yang diterbitkan pada tahun 1862 di Batavia, menuliskan bahwa angklung adalah alat musik yang terbuat dari pipa-pipa bambu, yang dipotong ujung-ujungnya, menyerupai pipa-pipa dalam suatu organ, dan diikat bersama dalam suatu bingkai, digetarkan untuk menghasilkan bunyi. Angklung terdaftar sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia dari UNESCO sejak November 2010.
Asal-usul
Belum ditemukan petunjuk yang menyatakan sejak kapan angklung digunakan, tetapi diduga bentuk primitifnya telah digunakan dalam kultur Neolitikum yang berkembang di Nusantara sampai awal penanggalan modern, sehingga angklung merupakan bagian dari relik pra-Hinduisme dalam kebudayaan Nusantara.
Catatan mengenai angklung baru muncul merujuk pada masa Kerajaan Sunda (abad ke-12 sampai abad ke-16). Asal usul terciptanya musik bambu, seperti angklung berdasarkan pandangan hidup masyarakat Sunda yang agraris dengan sumber kehidupan dari padi (pare) sebagai makanan pokoknya. Hal ini melahirkan mitos kepercayaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang Dewi Padi pemberi kehidupan (hirup-hurip).
Suku Baduy, yang merupakan masyarakat Sunda asli, menggunakan angklung sebagai bagian dari ritual mengawali penanaman padi.

Bahan

Bambu yang digunakan sebagai bahan angklung adalah adalah bambu hitam (awi wulung) dan bambu putih (awi temen). Tiap nada yang dihasilkan berasal dari bunyi tabung bambunya yang berbentuk bilah setiap ruas bambu dari ukuran kecil hingga besar.

Fungsi
Masa kerajaan Sunda, angklung digunakan di antaranya sebagai penyemangat dalam pertempuran. Fungsi angklung sebagai pemompa semangat rakyat masih terus terasa sampai pada masa penjajahan, itu sebabnya pemerintah Hindia Belanda sempat melarang masyarakat menggunakan angklung, pelarangan itu sempat membuat popularitas angklung menurun dan hanya dimainkan oleh anak- anak pada waktu itu.
Selanjutnya lagu-lagu persembahan terhadap Dewi Sri tersebut disertai dengan pengiring bunyi tabuh yang terbuat dari batang-batang bambu yang dikemas sederhana yang kemudian lahirlah struktur alat musik bambu yang kita kenal sekarang bernama angklung. Demikian pula pada saat pesta panen dan seren taun dipersembahkan permainan angklung. Terutama pada penyajian Angklung yang berkaitan dengan upacara padi, kesenian ini menjadi sebuah pertunjukan yang sifatnya arak-arakan atau helaran, bahkan di sebagian tempat menjadi iring-iringan Rengkong dan Dongdang serta Jampana (usungan pangan) dan sebagainya.

8.Karinding
 
 Pada mulanya karinding adalah merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengusir hama tanaman karena karakter bunyi yang dikeluarkan terdengar mendengung dengan nada low decibel. Diperkirakan telah ada sejak beberapa abad yang lalu. Beberapa pengamat sejarah Sunda berpendapat bahwa alat musik ini berasal dari kebudayaan pada zaman kerajaan Pajajaran. Selain digunakan untuk mengusir hama, alat musik ini pun dipakai sebagai musik pengiring pada beberapa ritual adat masyarakat.
Karinding terbagi menjadi tiga bagian yaitu pada  ruas pertama di ujung sebelah kanan yang menjadi tempat  untuk mengetuk karinding sehingga menimbulkan resonansi pada ruas tengah. Kemudian, di ruas tengah terdapat bagian  guratan bambu yang dipotong tipis sehingga bergetar saat karinding diketuk dengan jari. Bagian ujung paling kiri  berfungsi sebagai pegangan.
Cara memainkan karinding cukup sederhana, yaitu dengan menempelkan ruas tengah karinding di depan mulut yang agak terbuka, kemudian  pada ujung ruas paling kanan karinding diketuk dengan satu jari hingga  karinding pun bergetar secara beraturan yang kemudian diresonansi oleh mulut si pemain. Suara yang dikeluarkan akan tergantung dari rongga mulut, nafas, dan lidah. Secara konvensional—menurut penuturan Abah Olot, nada atau pirigan dalam memainkan karinding ada empat jenis, yaitu: tonggeret, gogondangan, rereogan, dan iring-iringan.
Pamor Karinding beberapa tahun belakangan tidak terlepas dari peran komunitas metal scene Bandung seperti komunitas Ujungberung Rebel yang mana beberapa personil dari band beraliran cadas berinisiatif membentuk sebuah grup musik tradisi bernama Karinding Attack pada tahun 2009 dengan memainkan alat-alat kesenian sunda buhun yang salah satunya adalah karinding. Beberapa event musik lokal  bagi band cadas seperti  "Bandung Berisik" kerap memberikan ruang bagi kesenian tradisi ini untuk berkolaborasi dengan beberapa band dalam rangka turut melestarikan seni budaya daerah.

9.Calung

Pengertian alat musik tradisional Calung asal Jawa Barat. Calung adalah alat musik yang hampir menyerupai angklung. Cara memainkannya dengan memukul batang dari ruas-ruas tabung bambu yang tersusun menurut tangga nada pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk pembuatan calung kebanyakan terbuat dari jenis bambu hitam, namun ada pula calung yang dibuat dari awi bambu yang berwarna putih.

Jenis

Calung rantay

1. Bentuk
Calung rantay bilah tabungnya dideretkan dengan tali kulit waru (lulub) dari yang terbesar sampai yang terkecil, jumlahnya 7 ruas bambu atau lebih. Komposisi alatnya ada yang satu deretan dan ada juga yang dua deretan yaitu calung indung dan calung anak/calung rincik.

2. Cara memainkan
Untuk memainkan alat musik ini dengan cara dipukul dengan dua tangan sambil duduk bersilah, biasanya calung tersebut diikat di pohon atau bilik rumah (calung rantay Banjaran-Bandung), ada juga yang dibuat ancak "dudukan" khusus dari bambu/kayu, misalnya calung tarawangsa di Cibalong dan Cipatujah, Tasikmalaya, calung rantay di Banjaran dan Kanekes/Baduy.

10.Celempung
 
Celempung adalah sebuah waditra (istrumen musik tradisional) jenis alat pukul ini terbuat dari bambu,dimainkan dengan cara dipukul oleh alat bantu pemukul. Waditra ini berperan seperti kendang (gendang),yaitu sebagai pengatur irama lagu.
Bentuk penyajian waditra 'Celempung' dinamakan 'Celempungan'.
Pertunjukan dilengkapi waditra kacapi,rebab atau suling dan
sebuah goong buyung.
1. Pengertian istilah :
Celempungan merupakan alat bunyi yang diadopsi dari 'Icikibung',yaitu bunyi sebuah permainan tradisional berupa pukulan telapak tangan dan gerak sikut diatas permukaan air,sehingga menimbulkan bunyi-bunyi yang khas. permainan ini biasa dimainkan oleh para wanita (gadis) yang sedang mandi di sungai.
Bunyi dari permainan 'Icikibung'itu ditiru dan dipindahkan menjadi waditra yang terbuat dari bambu besar (awi gombong),yang disebut 'Celempung'.
2. Bahan dan Rancang Bangun :
Bahan dasar waditra 'Celempung' dibuat dari bahan bambu,untuk yang berbentuk bulat. Sedang untuk yang berbentuk segi enam atau segi delapan terbuat dari bahan kayu. alat pemukulnya dapat dibuat dari bahan bambu atau kayu yang ujungnya dibalut dengan kain atau benda tipis agar menghasilkan suara nyaring,jika dipukulkan pada celempung.
Bagian-bagian celempung terdiri dari:'Sirah' penutup pinggir sebelah kiri,'Pongpok',penutup sebelah kanan,dua utas sembilu berfungsi sebagai senar,'Talingkup' penghubung kedua utas sembilu,'Nawa' sebagai lubang suara,'Baham' sebagai tempat pengolah suara.
Cara membuat celempung,pertama memilih seruas bambu besar(awi gombong),yang umurnya telah tua agar tidak terserang bubuk. Ruasan bambu itu diukur,selanjutnya disayatlah sembilunya untuk dijadikan senar. Kedua senar itu dinamakan 'alur Celempung'.
Dibagian mukanya diratakan,dan diberi lubang. lubang tersebut dinamakan 'Nawa' untuk lubang udara,dibagian 'Papalayu' (pinggir),dibuatkan sebuah lubang yang disebut 'Nawa'yaitu sebagai sumber untuk mengolah suara yang diatur oleh telapak tangan kiri.
Kedua utas sembilu itu (alur) dihubungkan dengan selembar daging bambu dengan ukuran antara lain:panjang 5 s/d 7cm,lebar antara 3 s/d 4cm, tebal antara 0,5 s/d 1cm. Alat ini dinamakan 'Talingkup'.

11.Arumba
 
Arumba adalah seni musik khas Jawa Barat yang terdiri dari berbagai alat musik yang terbuat dari bambu. Arumba merupakan singkatan dari Alunan Rumpun Bambu. Alat-alat musiknya meliputi angklung, gambang, gendang, dll. Dalam makalah ini, kita akan membahas tentang sejarah, fungsi, dan harmoni musik arumba.


1. Sejarah Musik Arumba

Arumba sudah ada sejak 1960-an di daerah Jawa Barat. Awalnya berasal dari Grup Musik Aruba yang dipimpin oleh Yoes Roesadi pada tahun 1964. Aruba merupakan singkatan dari alunan rumpun bambu. Pada tahun 1968, Muhamad Burhan dari Cirebon membentuk grup musik yang sepenuhnya terbuat dari bambu. Grup musik itu dinamakan Arumba yang merupakan singkatan yang sama, alunan rumpun bambu. Grup Musik Aruba merubah namanya menjadi Arumba pada tahun 1969 dan menimbulkan perselisihan dengan Arumba pimpinan Muhamad Burhan. Namun seiring berjalannya waktu, istilah arumba selalu merujuk pada ensemble musik bambu yang berasal dari Jawa Barat.

2. Fungsi Musik Arumba

Fungsi musik arumba adalah sebagai hiburan, kesenian, pertunjukan, atau pada saat acara-acara resmi di Jawa Barat. Musik arumba juga telah menjadi musik khas Jawa Barat. Arumba dapat dijadikan musik instrumental dan dapat pula digunakan untuk mengiringi nyanyian. Banyak lagu yang menggunakan musik arumba tidak hanya lagu-lagu daerah Jawa Barat, bahkan lagu pop dan dangdut dapat pula disajikan dengan musik arumba.




Jentreng adalah sejenis alat musik kecapi dengan jumlah dawai tujuh buah. Ukurannya jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan kacapi pada umumnya. Terbuat dari kayu kembang (kenanga) atau kayu nangka. Teknik memainkannya dipetik dan di-toel (disentuh) dengan jari kiri-kanan. Telunjuk, jari tengah, dan ibu jari tangan kanan untuk memetik nada-nada tinggi, sedangkan telunjuk tangan kiri untuk menyentuh nada-nada rendah (bagian atas dari instrumen).
Jika jentreng itu distem laras Pelog, urutan nadanya dimulai dari 5 (la) sampai dengan nada 1 (da) rendah (nada oktav), dan jika distem laras salendro urutan nadanya dimulai dari nada 4 (galimer) sampai dengan nada 1 (barang). Cara menyetem kedua laras sebagai berikut:

Laras Pelog
Dawai 1 bernada 5 (la atau singgul)       
Dawai 2 bernada 1 (da atau barang)
Dawai 3 bernada 2 (mi atau loloran)
Dawai 4 bernada 3 (na atau panelu)
Dawai 5 bernada 4 (ti atau galimer)
Dawai 6 bernada 5 rendah (oktav la)
Dawai 7 bernada 1 rendah (oktav da)

Laras Salendro
Dawai 1 bernada 4 (ti atau galimer)       
Dawai 2 bernada 1 (da atau barang)
Dawai 3 bernada 2 (mi atau loloran)
Dawai 4 bernada 3 (na atau panelu)
Dawai 5 bernada 4 (ti atau galimer)
Dawai 6 bernada 5 rendah (oktav la)
Dawai 7 bernada 1 rendah (oktav da) - See more at: http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=880&#sthash.MvzAfdwE.dpuf
Jentreng adalah sejenis alat musik kecapi dengan jumlah dawai tujuh buah. Ukurannya jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan kacapi pada umumnya. Terbuat dari kayu kembang (kenanga) atau kayu nangka. Teknik memainkannya dipetik dan di-toel (disentuh) dengan jari kiri-kanan. Telunjuk, jari tengah, dan ibu jari tangan kanan untuk memetik nada-nada tinggi, sedangkan telunjuk tangan kiri untuk menyentuh nada-nada rendah (bagian atas dari instrumen).
Jika jentreng itu distem laras Pelog, urutan nadanya dimulai dari 5 (la) sampai dengan nada 1 (da) rendah (nada oktav), dan jika distem laras salendro urutan nadanya dimulai dari nada 4 (galimer) sampai dengan nada 1 (barang). Cara menyetem kedua laras sebagai berikut:

Laras Pelog
Dawai 1 bernada 5 (la atau singgul)       
Dawai 2 bernada 1 (da atau barang)
Dawai 3 bernada 2 (mi atau loloran)
Dawai 4 bernada 3 (na atau panelu)
Dawai 5 bernada 4 (ti atau galimer)
Dawai 6 bernada 5 rendah (oktav la)
Dawai 7 bernada 1 rendah (oktav da)

Laras Salendro
Dawai 1 bernada 4 (ti atau galimer)       
Dawai 2 bernada 1 (da atau barang)
Dawai 3 bernada 2 (mi atau loloran)
Dawai 4 bernada 3 (na atau panelu)
Dawai 5 bernada 4 (ti atau galimer)
Dawai 6 bernada 5 rendah (oktav la)
Dawai 7 bernada 1 rendah (oktav da) - See more at: http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=880&#sthash.MvzAfdwE.dpuf
Jentreng adalah sejenis alat musik kecapi dengan jumlah dawai tujuh buah. Ukurannya jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan kacapi pada umumnya. Terbuat dari kayu kembang (kenanga) atau kayu nangka. Teknik memainkannya dipetik dan di-toel (disentuh) dengan jari kiri-kanan. Telunjuk, jari tengah, dan ibu jari tangan kanan untuk memetik nada-nada tinggi, sedangkan telunjuk tangan kiri untuk menyentuh nada-nada rendah (bagian atas dari instrumen).
Jika jentreng itu distem laras Pelog, urutan nadanya dimulai dari 5 (la) sampai dengan nada 1 (da) rendah (nada oktav), dan jika distem laras salendro urutan nadanya dimulai dari nada 4 (galimer) sampai dengan nada 1 (barang). Cara menyetem kedua laras sebagai berikut:

Laras Pelog
Dawai 1 bernada 5 (la atau singgul)       
Dawai 2 bernada 1 (da atau barang)
Dawai 3 bernada 2 (mi atau loloran)
Dawai 4 bernada 3 (na atau panelu)
Dawai 5 bernada 4 (ti atau galimer)
Dawai 6 bernada 5 rendah (oktav la)
Dawai 7 bernada 1 rendah (oktav da)

Laras Salendro
Dawai 1 bernada 4 (ti atau galimer)       
Dawai 2 bernada 1 (da atau barang)
Dawai 3 bernada 2 (mi atau loloran)
Dawai 4 bernada 3 (na atau panelu)
Dawai 5 bernada 4 (ti atau galimer)
Dawai 6 bernada 5 rendah (oktav la)
Dawai 7 bernada 1 rendah (oktav da) - See more at: http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=880&#sthash.MvzAfdwE.dpuf
Jentreng adalah sejenis alat musik kecapi dengan jumlah dawai tujuh buah. Ukurannya jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan kacapi pada umumnya. Terbuat dari kayu kembang (kenanga) atau kayu nangka. Teknik memainkannya dipetik dan di-toel (disentuh) dengan jari kiri-kanan. Telunjuk, jari tengah, dan ibu jari tangan kanan untuk memetik nada-nada tinggi, sedangkan telunjuk tangan kiri untuk menyentuh nada-nada rendah (bagian atas dari instrumen).
Jika jentreng itu distem laras Pelog, urutan nadanya dimulai dari 5 (la) sampai dengan nada 1 (da) rendah (nada oktav), dan jika distem laras salendro urutan nadanya dimulai dari nada 4 (galimer) sampai dengan nada 1 (barang). Cara menyetem kedua laras sebagai berikut:

Laras Pelog
Dawai 1 bernada 5 (la atau singgul)       
Dawai 2 bernada 1 (da atau barang)
Dawai 3 bernada 2 (mi atau loloran)
Dawai 4 bernada 3 (na atau panelu)
Dawai 5 bernada 4 (ti atau galimer)
Dawai 6 bernada 5 rendah (oktav la)
Dawai 7 bernada 1 rendah (oktav da)

Laras Salendro
Dawai 1 bernada 4 (ti atau galimer)       
Dawai 2 bernada 1 (da atau barang)
Dawai 3 bernada 2 (mi atau loloran)
Dawai 4 bernada 3 (na atau panelu)
Dawai 5 bernada 4 (ti atau galimer)
Dawai 6 bernada 5 rendah (oktav la)
Dawai 7 bernada 1 rendah (oktav da) - See more at: http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=880&#sthash.MvzAfdwE.dpuf

1 komentar: